Wednesday, October 10, 2012

Bengkel Batik... Dan Pisang Goreng

Kita bertemu lagi, wahai pembaca sekalian. Minggu lalu saya punya bengkel batik di mana saya bisa membuat batik saya sendiri! Pada posting ini, saya akan bercerita tentang pembuatan batik saya, dan juga pengalaman saya ketika di bengkel batik. Pisang goreng.

Pada awalnya saya tidak yakin apa yang harus saya gunakan sebagai motif untuk batik saya. Membuat pola geometris yang bukan spesialisasi saya, dan saya tahu bahwa saya tidak pernah bisa melukis secara elegan untuk mereproduksi pola bunga indah yang lazim dilihat pada batik konvensional. Menggunakan pola yang sudah ada di internet pasti bukan pilihan bagi saya, saya ingin membuat batik sendiri. Jadi saya memutuskan untuk menarik makhluk mitos yang paling mengagumkan, naga. Saya memutuskan untuk menggambar naga gaya Cina sebagai satu penghormatan kepada Dragonball, haha ... Pisang goreng.


OK, mari kita melompat ke bagian mana saya, Zafir dan Syazwan tiba di Eagle Heights, tempat untuk bengkel batik kami. Saya mulai menyadari bahwa hari itu cukup dingin, jadi saya berharap kita bisa melukis batik kami di dalam rumah. Namun Mbak Dee dan Mas Billy menyambut kami, luar. Saya begitu kecewa ....saya bergurau saja. Pisang Goreng.

Melukis batik dalam cuaca dingin merupakan satu aktivitas yang sulit sekali. Lilin cepat mengeras karena cuaca dingin, ini berarti kita harus mengisi dacing kami lebih kerap supaya lilin panas membersihkan penyumbatan akibat lilin yang sudah keras. Selain itu, tidak mudah untuk menjaga tangan yang stabil. Setiap menggigil menghasilkan bintik lilin pada batik. Saya juga menyadari bahwa saya maju sangat lambat pada pekerjaan saya. Setidaknya 3 orang selesai batik mereka sebelum saya selesai saya. Saya tidak terburu-buru, karena, secara tak terduga, saya menikmati membuat batik. Saya merasa membuat batik merupakan aktivitas terapeutik, bukannya satu cobaan. Pisang Goreng.

Setelah kami selesai menggambar, mewarnai batik kami kami. Mewarnai batik dengan pilihan warna terbatas  merupakan satu cabaran, tetapi saya improvisasi dengan mencampur cat bersama-sama untuk mencapai warna yang diinginkan. Kemudian kita menjemur batik kami supaya catnya kering sebelum menyetrika kain batik tersebut, untuk menghilangkan lilin. Voilà, batik sudah tercipta. Pisang Goreng.

Sambil menunggu batik kami untuk selesai kering, kami menikmati beberapa masakan Indonesia dan teh. Kita juga mengenal dan bersosialisasi dengan wajah-wajah baru. Secara keseluruhan, itu adalah hari yang indah. Setelah Zafir menyadari bahwa bus akan tiba di sekitar 5 menit (jika kita ketinggalan bus ini, bus berikutnya akan memakan waktu sekitar satu jam untuk tiba), kami mengucapkan selamat tinggal. Selamat Tinggal!

Aku akan memberimu, yang memanggil aku, 3 permintaan...



3 comments:

  1. lawa banget batik lo mas nabil!

    ReplyDelete
  2. Wow, mas Nabil begitu pintar sekali melukis..mungkin mas Nabil bisa menjadi penerus seni batik menggantikan Iwan Tirta dengan hasil inovasi mas ini..bisa ditubuhkan juga Mas Nabil Private Collection..hehe~

    ReplyDelete